I.
PENULISAN
KATA
A.
Kata Dasar
Kata dasar
ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pajak penuh sesak.
Saya pergi ke sekolah.
Buku itu sangat tebal.
B.
Kata Berimbuhan
1. Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai
dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
berkelanjutan
mempermudah
gemetar
lukisan
kemauan
perbaikan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man,
-wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
sukuisme
seniman
kamerawan
gerejawi
2. Bentuk
terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Catatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal
kapital atau singkatan yang berupa huruf
kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
non-ASEAN
anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada
nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
adibusana
aerodinamika
antarkota
antibiotik
awahama
bikarbonat
biokimia
dekameter
demoralisasi
dwiwarna
ekabahasa
ekstrakurikuler
infrastruktur
inkonvensional
kontraindikasi
kosponsor
mancanegara
multilateral
narapidana
nonkolaborasi
paripurna
pascasarjana
pramusaji
prasejarah
proaktif
purnawirawan
saptakrida
semiprofesional
subbagian
swadaya
telewicara
transmigrasi
tunakarya
tritunggal
tansuara
ultramodern
kapital
dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
non-ASEAN
anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada
nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
adibusana
aerodinamika
antarkota
antibiotik
awahama
bikarbonat
biokimia
dekameter
demoralisasi
dwiwarna
ekabahasa
ekstrakurikuler
infrastruktur
inkonvensional
kontraindikasi
kosponsor
mancanegara
multilateral
narapidana
nonkolaborasi
paripurna
pascasarjana
pramusaji
prasejarah
proaktif
purnawirawan
saptakrida
semiprofesional
subbagian
swadaya
telewicara
transmigrasi
tunakarya
tritunggal
tansuara
ultramodern
-14-
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada
nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
C. Bentuk
Ulang
Bentuk ulang
ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak
biri-biri
lauk-pauk
berjalan-jalan
buku-buku
cumi-cumi
mondar-mandir
mencari-cari
hati-hati
kupu-kupu
ramah-tamah
terus-menerus
kuda-kuda
kura-kura
sayur-mayur
porak-poranda
mata-mata
ubun-ubun
serba-serbi
tunggang-langgang
Catatan:
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
surat kabar surat-surat kabar
kapal barang kapal-kapal barang
rak buku rak-rak buku
kereta api cepat kereta-kereta api cepat
D.
Gabungan Kata
1. Unsur
gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah.
Misalnya:
duta besar model linear
kambing hitam persegi panjang
orang tua rumah sakit jiwa
simpang empat meja tulis
mata acara cendera mata
2. Gabungan
kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda
hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-istri pejabat anak istri-pejabat
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru
3. Gabungan
kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan
atau akhiran.
Misalnya:
bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan
4. Gabungan
kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
5. Gabungan
kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali
adakalanya
apalagi
bagaimana
barangkali
beasiswa
belasungkawa
bilamana
bumiputra
darmabakti
dukacita
hulubalang
kacamata
kasatmata
kilometer
manasuka
matahari
olahraga padahal
peribahasa
perilaku puspawarna
radioaktif
saptamarga
saputangan
saripati
sediakala
segitiga
sukacita
sukarela
syahbandar
wiraswata
E.
Pemenggalan Kata
1.
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di
tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
b. Huruf
diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
sur-vei
am-boi
c. Jika di
tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di
antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf kon-sonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
d. Jika di
tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
e. Jika di
tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
Catatan:
Gabungan huruf
konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
bang-krut
bang-sa
ba-nyak
ikh-las
kong-res
makh-luk
masy-hur
sang-gup
2. Pemenggalan
kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur
pembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan
mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu
memper-tanggungjawabkan
di-ambil
mempertanggung-jawabkan
ter-bawa
mempertanggungjawab-kan
per-buat
me-rasakan
makan-an
merasa-kan
letak-kan
per-buatan
pergi-lah
perbuat-an
apa-kah
ke-kuatan
kekuat-an
Catatan:
(1) Pemenggalan
kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pada
kata dasar.
Misalnya:
me-nu-tup
me-ma-kai
me-nya-pu
me-nge-cat
pe-mi-kir
pe-no-long
pe-nga-rang
pe-nge-tik
pe-nye-but
(2) Pemenggalan
kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
(3) Pemenggalan
kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak
dilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ….
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau
mengambil makanan itu.
1.
Jika
sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur
itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
biografi
bio-grafi
bi-o-gra-fi
biodata
bio-data
bi-o-da-ta
fotografi
foto-grafi
fo-to-gra-fi
fotokopi
foto-kopi
fo-to-ko-pi
introspeksi
intro-speksi
in-tro-spek-si
introjeksi
intro-jeksi
in-tro-jek-si
kilogram
kilo-gram
ki-lo-gram
kilometer
kilo-meter
ki-lo-me-ter
pascapanen
pasca-panen
pas-ca-pa-nen
pascasarjana
pasca-sarjana
pas-ca-sar-ja-na
4. Nama orang
yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:
Lagu ―Indonesia
Raya‖ digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
Buku Layar
Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.
5. Singkatan
nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di
DLLAJR.
Pujangga
terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan:
Penulisan
berikut dihindari.
Ia bekerja di
DLL-
AJR.
Pujangga
terakhir Keraton Surakarta bergelar R.
Ng. Rangga
Warsita.
F.
Kata Depan
Kata depan,
seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya:
Di mana
dia sekarang?
Kain itu
disimpan di dalam lemari.
Dia ikut terjun
ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita
berangkat ke kantor.
Saya pergi ke
sana mencarinya.
Ia berasal dari
Pulau Penyengat.
Cincin itu
terbuat dari emas.
G.
Partikel
1. Partikel -lah,
-kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku
itu baik-baik!
Apakah yang
tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan
dia?
Apatah gunanya
bersedih hati?
2. Partikel pun
ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahan
yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Jika kita
hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
Jangankan dua
kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.
Catatan:
Partikel pun
yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya:
Meskipun sibuk,
dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Dia tetap
bersemangat walaupun lelah.
Adapun penyebab
kemacetan itu belum diketahui.
Bagaimanapun
pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
3. Partikel per
yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke
dalam ruang rapat satu per satu.
Harga kain itu
Rp50.000,00 per meter.
Karyawan itu
mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
H.
Singkatan dan Akronim
1. Singkatan
nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik
pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
A.H.
Nasution Abdul Haris Nasution
H.
Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman
Hasibuan
W.R.
Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A.
master of business administration
M.Hum.
magister humaniora
M.Si.
magister sains
S.E.
sarjana ekonomi
S.Sos.
sarjana sosial
S.Kom.
sarjana komunikasi
S.K.M.
sarjana kesehatan masyarakat
Sdr.
saudara
Kol.
Darmawati Kolonel Darmawati
2. a. Singkatan
yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
NKRI Negara
Kesatuan Republik Indonesia
UI Universitas
Indonesia
PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World
Health Organization
PGRI Persatuan
Guru Republik Indonesia
KUHP Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana
b. Singkatan
yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
PT perseroan
terbatas
MAN madrasah
aliah negeri
SD sekolah
dasar
KTP kartu tanda
penduduk
SIM surat izin
mengemudi
NIP nomor induk
pegawai
3. Singkatan
yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
hlm. halaman
dll. dan
lain-lain
dsb. dan
sebagainya
dst. dan
seterusnya
sda. sama
dengan di atas
ybs. yang bersangkutan
yth. yang
terhormat
ttd. tertanda
dkk. dan
kawan-kawan
4. Singkatan
yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat
masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan
alamat
u.b. untuk
beliau
u.p. untuk
perhatian
s.d. sampai
dengan
5. Lambang
kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
kVA
kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp rupiah
6. Akronim nama
diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik.
Misalnya:
BIG Badan
Informasi Geospasial
BIN Badan
Intelijen Negara
LIPI Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN Lembaga
Administrasi Negara
PASI Persatuan
Atletik Seluruh Indonesia
7. Akronim nama
diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Bulog Badan
Urusan Logistik
Bappenas Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres
Wanita Indonesia
Kalteng Kalimantan
Tengah
Mabbim Majelis
Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia
Suramadu Surabaya
Madura
8. Akronim
bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan
suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
iptek ilmu
pengetahuan dan teknologi
pemilu pemilihan
umum
puskesmas pusat
kesehatan masyarakat
rapim rapat
pimpinan
rudal peluru
kendali
tilang bukti
pelanggaran
I.
Angka dan Bilangan
Angka Arab atau
angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
Angka Arab : 0,
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi :
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000),
_
V (5.000),
_
M (1.000.000)
1. Bilangan
dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali
jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
Mereka menonton
drama itu sampai tiga kali.
Koleksi
perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
Di antara 72
anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,
dan 5 orang
abstain.
Kendaraan yang
dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus,
dan 250 sedan.
2. a. Bilangan
pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Lima
puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
Tiga
pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan:
Penulisan
berikut dihindari.
50 siswa
teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
3 pemenang
sayembara itu diundang ke Jakarta.
b. Apabila
bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata, susunan
kalimatnya diubah.
Misalnya:
Panitia
mengundang 250 orang peserta.
Di lemari itu
tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan:
Penulisan
berikut dihindari.
250 orang
peserta diundang panitia.
25 naskah
kuno tersimpan di lemari itu.
3. Angka yang menunjukkan
bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya
lebih mudah
dibaca.
Misalnya:
Dia mendapatkan
bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Perusahaan itu
baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Proyek
pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4. Angka
dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta
(b) nilai uang.
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 hektare
10 liter
2 tahun 6 bulan
5 hari
1 jam 20 menit
Rp5.000,00
US$3,50
£5,10
¥100
5. Angka
dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah
Abang I No. 15 atau
Jalan Tanah
Abang I/15
Jalan Wijaya
No. 14
Hotel Mahameru,
Kamar 169
Gedung Samudra,
Lantai II, Ruang 201
6. Angka
dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5,
halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 16:
15—16
7. Penulisan
bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan
Utuh
Misalnya:
dua belas (12)
tiga puluh (30)
lima ribu
(5.000)
b. Bilangan
Pecahan
Misalnya:
setengah atau
seperdua (1/2)
seperenam belas
(1/16)
tiga perempat
(3/4)
dua persepuluh
(2/10)
tiga
dua-pertiga (3 2/3)
satu persen
(1%)
satu permil
(1o/oo)
8. Penulisan
bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
abad XX
abad ke-20
abad kedua
puluh
Perang Dunia II
Perang Dunia Ke-2
Perang Dunia Kedua
9. Penulisan
angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
lima lembar
uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an
(tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
uang 5.000-an
(uang lima ribuan)
10. Penulisan
bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
Setiap orang
yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
Telah diterima
uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu
rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
11. Penulisan
bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti
berikut.
Misalnya:
Saya lampirkan
tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima
ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian
barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus
dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
12. Bilangan
yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Kelapadua
Kotonanampek
Rajaampat
Simpanglima
Tigaraksa
J.
Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku-
dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku,
-mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Rumah itu telah
kujual.
Majalah ini
boleh kaubaca.
Bukuku,
bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang
diperbaiki.
K.
Kata Sandang si dan sang
Kata si dan
sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan
kepada si pengirim.
Toko itu
memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ibu itu
menghadiahi sang suami kemeja batik.
Sang
adik mematuhi nasihat sang kakak.
Harimau itu
marah sekali kepada sang Kancil.
Dalam cerita
itu si Buta berhasil menolong kekasihnya.
Catatan:
Huruf awal sang
ditulis dengan huruf kapital jika sang merupakan unsur nama Tuhan.
Misalnya:
Kita harus
berserah diri kepada Sang Pencipta.
Pura dibangun
oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar