Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek bahasa
Melayu yang digunakan berabad-abad sebagai alat perhubungan di antara penduduk
Indonesia yang mempunyai bahasa berbeda. Bahasa Melayu ialah bahasa Austronesia
atau Melayu-Polinesia. Austronesia
merupakan suatu rumpun bahasa yang terbesar di dunia meliputi 1200 bahasa dan
dituturkan hampir 300 juta populasi. Masyarakat
penuturnya tersebar luas di wilayah sepanjang 15 ribu km meliputi lebih
separuh bola bumi, yaitu dari Madagaskar di barat hingga pulau Paskah di ujung
timur, dari Taiwan-Mikronesia di utara hingga Selandia baru di selatan.
} Masuknya Islam ke Indonesia sekitar abad ke-13 turut
mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu di Indonesia terutama pada tradisi
tulisnya. Huruf Arab mulai digunakan untuk menulis bahasa Melayu.
} Dalam
perkembangannya, bahasa Melayu itu kemudian dimodifikasi, dicampur dengan
bahasa-bahasa serapan dari berbagai daerah dan dari bahasa asing kemudian
dibakukan sehingga akhirnya terbentuk menjadi bahasa Indonesia.
Bahasa
Sansekerta contoh: pura, kepala, matra, cinta, kaca.
Bahasa
Arab dan bahasa Parsi contoh: masjid, kalbu, kitab, kursi, doa, khusus, maaf,
dan selamat.
Bahasa
Portugis contoh: gereja, sepatu, sabun, meja, jendela
Bahasa
Cina contoh: pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke.
Pertimbangan dipilihnya bahasa Melayu Riau
- Telah berabad-abad lamanya bahasa Melayu menjadi bahasa pergaulan (lingua franca) di antara
suku-suku bangsa Indonesia.
- Sifat bahasa Melayu yang demokratis. Karena bahasa Melayu tidak
banyak menggunakan kata-kata yang menunjukkan perbedaan tingkat seperti
bahasa Jawa sehingga dapat diterima secara luas dan mudah dipelajari.
- Sejak dahulu, bahasa Melayu telah berfungsi sebagai bahasa
kesusastraan sehingga sejak dulu menjadi pembawa kebudayaan
Perubahan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia
} Usaha Anggota Dewan Rakyat (Volksraad)
berusaha supaya raja Belanda mengubah keharusan memakai bahasa Belanda dalam Volksraad
berusaha supaya raja Belanda mengubah keharusan memakai bahasa Belanda dalam Volksraad
} Usaha kalangan Jurnalistik
banyak
surat kabar dan majalah yang menggunakan bahasa Melayu.
} Usaha Partai Politik
} Peran Balai Pustaka
} Konggres Pemuda 28 Oktober 1928
Perubahan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan dan menjadi
tonggak perjuangan menuju Indonesia merdeka.
} Usaha Pemerintah Jepang
Sejak
berkuasa, Jepang menghapus semua yang berbau Belanda, termasuk pemakain bahasa
Belanda. Karena rakyat pada umumnya belum pandai atau belum bisa berbahasa
Jepang, maka dipilih bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa
pengantar/perantara dan administrasi pemerintah atau sebagai bahasa resmi.
Bahasa Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan
- Memperbaiki atau menyempurnakan tata bahasa
- Menyempurnakan pengajaran bahasa
- Menambah perbendaharaan kata baik dari bahasa daerah maupun dari
bahasa asing untuk kepentingan ilmiah/istilah
- Mengganti istilah berbahasa asing dengan bahasa Indonesia yang
lebih tepat
- Menyempurnakan kaidah bahasa Indonesia
Ejaan yang pernah dipakai
- Ejaan Van Opuyshen (1901—1947)
Terlalu
tegak pada konsep ejaan bahasa Belanda, sehingga kurang memperhatikan kodrat
bahasa Melayu dan ilmu pengetahuan ejaan, memasukkan fonem asing yang bukan
merupakan fonem bahasa Melayu seperti ain, hamzah, z, f, sy, oe, dj, ts.
Sehingga seringkali timbul penulisan yang salah.
- Ejaan Soewandi (1947—1972)
Lambang
oe diubah menjadi u yang sesuai dengan ilmu ejaan yang umum, menundukkan ucapan
kata-kata asing pada kebiasaan ucapan masyarakat pemakai bahasa Indonesia.
Misalnya
offisier – opsir
hadlir – hadir
kata-kata
baru bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing tidak perlu disisipi
dengan e pepet kalau dengan aslinya tidak mempergunakan.
Misalnya praktek – bukan peraktek
administrasi -
adminsterasi
- Ejaan Yang Disempurnakan (diresmikan 17 Agustus 1972)
memperoleh
kemajuan yang dapat dipertanggungjawabkan dari sudut ilmu ejaan umum,
aturan-aturan penulisan kata serta huruf dan tanda baca lebih tegas diatur
dalam ejaannya sehingga kemudian akan benar-benar tercipta ketertiban dan
keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia, sudah berhasil membedakan di, ke
sebagai kata depan dan imbuhan yang telah dibenarkan menurut ilmu tata bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar