Kamis, 01 Desember 2016

SEJARAH BAHASA INDONESIA

Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek bahasa Melayu yang digunakan berabad-abad sebagai alat perhubungan di antara penduduk Indonesia yang mempunyai bahasa berbeda. Bahasa Melayu ialah bahasa Austronesia atau  Melayu-Polinesia. Austronesia merupakan suatu rumpun bahasa yang terbesar di dunia meliputi 1200 bahasa dan dituturkan hampir 300 juta populasi. Masyarakat  penuturnya tersebar luas di wilayah sepanjang 15 ribu km meliputi lebih separuh bola bumi, yaitu dari Madagaskar di barat hingga pulau Paskah di ujung timur, dari Taiwan-Mikronesia di utara hingga Selandia baru di selatan.

}  Masuknya Islam ke Indonesia sekitar abad ke-13 turut mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu di Indonesia terutama pada tradisi tulisnya. Huruf Arab mulai digunakan untuk menulis bahasa Melayu.
}   Dalam perkembangannya, bahasa Melayu itu kemudian dimodifikasi, dicampur dengan bahasa-bahasa serapan dari berbagai daerah dan dari bahasa asing kemudian dibakukan sehingga akhirnya terbentuk menjadi bahasa Indonesia.
            Bahasa Sansekerta contoh: pura, kepala, matra, cinta, kaca.
            Bahasa Arab dan bahasa Parsi contoh: masjid, kalbu, kitab, kursi, doa, khusus, maaf, dan selamat.
            Bahasa Portugis contoh: gereja, sepatu, sabun, meja, jendela
            Bahasa Cina contoh: pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke.

Pertimbangan dipilihnya bahasa Melayu Riau
  1. Telah berabad-abad lamanya bahasa Melayu menjadi bahasa  pergaulan (lingua franca) di antara suku-suku bangsa Indonesia.
  2. Sifat bahasa Melayu yang demokratis. Karena bahasa Melayu tidak banyak menggunakan kata-kata yang menunjukkan perbedaan tingkat seperti bahasa Jawa sehingga dapat diterima secara luas dan mudah dipelajari.
  3. Sejak dahulu, bahasa Melayu telah berfungsi sebagai bahasa kesusastraan sehingga sejak dulu menjadi pembawa kebudayaan


Perubahan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia

}  Usaha Anggota Dewan Rakyat (Volksraad)
berusaha supaya raja Belanda mengubah keharusan memakai bahasa Belanda dalam Volksraad
}  Usaha kalangan Jurnalistik
            banyak surat kabar dan majalah yang menggunakan bahasa Melayu.
}  Usaha Partai Politik
}  Peran Balai Pustaka
}  Konggres Pemuda 28 Oktober 1928

    Perubahan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan dan menjadi tonggak perjuangan menuju Indonesia merdeka.
}  Usaha Pemerintah Jepang
            Sejak berkuasa, Jepang menghapus semua yang berbau Belanda, termasuk pemakain bahasa Belanda. Karena rakyat pada umumnya belum pandai atau belum bisa berbahasa Jepang, maka dipilih bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar/perantara dan administrasi pemerintah atau sebagai bahasa resmi.

Bahasa Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan

  • Memperbaiki atau menyempurnakan tata bahasa
  • Menyempurnakan pengajaran bahasa
  • Menambah perbendaharaan kata baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing untuk kepentingan ilmiah/istilah
  • Mengganti istilah berbahasa asing dengan bahasa Indonesia yang lebih tepat
  • Menyempurnakan kaidah bahasa Indonesia 



Ejaan yang pernah dipakai

  1. Ejaan Van Opuyshen (1901—1947)
            Terlalu tegak pada konsep ejaan bahasa Belanda, sehingga kurang memperhatikan kodrat bahasa Melayu dan ilmu pengetahuan ejaan, memasukkan fonem asing yang bukan merupakan fonem bahasa Melayu seperti ain, hamzah, z, f, sy, oe, dj, ts. Sehingga seringkali timbul penulisan yang salah.
  1. Ejaan Soewandi (1947—1972)
            Lambang oe diubah menjadi u yang sesuai dengan ilmu ejaan yang umum, menundukkan ucapan kata-kata asing pada kebiasaan ucapan masyarakat pemakai bahasa Indonesia.
            Misalnya offisier – opsir
                                   hadlir – hadir
            kata-kata baru bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing tidak perlu disisipi dengan e pepet kalau dengan aslinya tidak mempergunakan.
            Misalnya  praktek – bukan peraktek
                           administrasi - adminsterasi
  1. Ejaan Yang Disempurnakan (diresmikan 17 Agustus 1972)
            memperoleh kemajuan yang dapat dipertanggungjawabkan dari sudut ilmu ejaan umum, aturan-aturan penulisan kata serta huruf dan tanda baca lebih tegas diatur dalam ejaannya sehingga kemudian akan benar-benar tercipta ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia, sudah berhasil membedakan di, ke sebagai kata depan dan imbuhan yang telah dibenarkan menurut ilmu tata bahasa.
           
           

           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar