TEKNIK PENYUNTINGAN
Pengertian Penyuntingan
Menyunting adalah kegiatan menyiapkan naskah, teks, atau karangan
siap cetak atau siap terbit dengan memerhatikan sistematika penyajian, isi dan
bahasa. Menyunting disebut juga mengedit (editing process).
Tujuan Penyuntingan
Menyunting bertujuan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang
dilakukan penulis dalam membuat tulisan sehingga kualitas tulisan menjadi lebih
baik sebelumnya. Tulisan yang baik dapat menambah daya pikat dan lamanya
pembaca meresapi kata demi kata yang tersaji dalam teks/ karangan.
Teknik Penyuntingan
Selama proses penyuntingan teks/karangan, seorang penyunting harus
menggunakan teknik-teknik yang tepat. Secara garis besar, teknik atau
langkah-langkah penyunting adalah sebagai berikut :
1)
Membaca
ulang konsep teks / karangan / naskah yang telah selesai dengan penuh
ketelitian dan kehati-hatian.
2)
Mengidentifikasi
dan memperhatikan kesalahan – kesalahan yang terjadi dalam penggunaan bahasa
meliputi :
Ø Kesalahan penggunaan kata baku dan tidak baku. Penggunaan kata yang
tidak baku dalam sebuah karangan dapat merusak kesempurnaan penyajian maksud
dan tujuan penulisan sekaligus mengukur kekayaan kosa kata seorang penulis.
Oleh karena itu, seorang penyunting dapat menggunakan kamus Bahasa Indonesia
terbaru sebagai pembanding dalam melakukan koreksi.
Contoh : Akhli
seharusnya ahli
Apotik seharusnya apotek
Atlit seharusnya atlet
Ø Kesalahan ejaan. Di bagian ini, penyuntingan meliputi koreksi
penggunaan huruf kapital pada judul sapaan, gelar, nama kota : penggunaan
imbuhan, kata depan, lambang, angka, serapan dan sesuai tidaknya penulis kata
demi kata berdasarkan ejaan yang disempurnakan.
Ø Kesalahan tanda baca. Ditahap ini, penyunting meliputi koreksi pada
tanda baca seperti tanda tanya, seru, titik, koma, titik dua dan tanda baca
lainnya.
Ø Kesalahan diksi atau pilihan kata. Di bagian ini, penyunting dapat
memperhatikan tingkat kesesuaian dan ketepatan pilihan kata yang digunakan
dalam kalimat seperti istilah dan kata bentukan. Biasanya penyunting mengganti
kata yang tidak padu dengan kata lain yang memiliki arti serupa (sinonim).
Selain itu, ketidaksempurnaan penulisan karena kesalahan pengetikan juga patut
menjadi fokus penyunting.
Ø Kesalahan struktur. Ditahap ini, penyunting memperhatikan
keterpaduan, kelogisan, tingkat ambiguitas, dan struktur kalimat teks karangan,
apakah telah sesuai dengan aturan yang benar atau belum. Dalam hal ini,
penempatan subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkapan harus dipastikan
tepat atau tidak tertukar. Selain itu, penggunaan kalimat aktif atau pasif juga
menjadi fokus identifikasi agar karangan terhindar dari ketidakefektifan dan
ketidaksesuaian pada kaidah penulisan.
Ø Kesalahan Konjungsi atau kata penghubung. Penggunaan konjungsi atau
kata penghubung meliputi hubungan atar kata dalam kalimat, antar kalimat dan
antar paragraf. Dibagian ini, penyunting harus benar – benar mengikuti alur
cerita dalam sebuah teks / karangan agar tidak salah dalam mengoreksi
penggunaan konjungsi. Karangan yang padu pasti memiliki kata penghubung yang
tepat. Oleh karena itu, bagian penyuntingan ini tidak boleh diabaikan begitu
saja
.
3)
Memperhatikan
tata letak (layout) tulisan atau naskah meliputi penempatan posisi judul utama,
judul tambahan, sub judul, sub – sub judul, urutan penomoran, penempatan gambar
atau grafik.
4)
Memperhatikan
identitas, spasi, dan tingkat kerapatan antar kata, kalimat dan paragraf.
5)
Memperbaiki
kesalahn – kesalahan teks / karangan yang telah diidentifikasi sebagaimana
tersebut di atas dengan cara melakukan penghapusan, penggantian atau penambahan
unsur –unsur bahasa dalam tulisan.
6)
Sebagai
tahap finalisasi, seorang penyunting sebaiknya membaca ulang teks / karangan
yang telah disunting sebelum dipublish atau dicetak.
Contoh Penyuntingan
Contoh teks yang salah :
Pada 28 Maret 1830, diponegoro ditangkap dimagelang, dan Pangeran
diponegoro di buang ke manado.
Akan tetapi dia wafat di Makassar pada 8 Januari 1855 setelah dia
dipindahkan dari Manado ke Makasar.
Contoh teks setelah diperbaiki :
Pada 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap di Magelang, dan
dibuang ke Manado. Beliau lalu dipindahkan ke Makassar dan wafat di sana pada 8
Januari 1855.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar