Kamis, 01 Desember 2016

TEKNIK PENYUNTINGAN

TEKNIK PENYUNTINGAN


Pengertian Penyuntingan
Menyunting adalah kegiatan menyiapkan naskah, teks, atau karangan siap cetak atau siap terbit dengan memerhatikan sistematika penyajian, isi dan bahasa. Menyunting disebut juga mengedit (editing process).

Tujuan Penyuntingan
Menyunting bertujuan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan penulis dalam membuat tulisan sehingga kualitas tulisan menjadi lebih baik sebelumnya. Tulisan yang baik dapat menambah daya pikat dan lamanya pembaca meresapi kata demi kata yang tersaji dalam teks/ karangan.

Teknik Penyuntingan
Selama proses penyuntingan teks/karangan, seorang penyunting harus menggunakan teknik-teknik yang tepat. Secara garis besar, teknik atau langkah-langkah penyunting adalah sebagai berikut :
1)      Membaca ulang konsep teks / karangan / naskah yang telah selesai dengan penuh ketelitian dan kehati-hatian.

2)      Mengidentifikasi dan memperhatikan kesalahan – kesalahan yang terjadi dalam penggunaan bahasa meliputi :

Ø  Kesalahan penggunaan kata baku dan tidak baku. Penggunaan kata yang tidak baku dalam sebuah karangan dapat merusak kesempurnaan penyajian maksud dan tujuan penulisan sekaligus mengukur kekayaan kosa kata seorang penulis. Oleh karena itu, seorang penyunting dapat menggunakan kamus Bahasa Indonesia terbaru sebagai pembanding dalam melakukan koreksi.
Contoh            :           Akhli seharusnya ahli
                        Apotik seharusnya apotek
                        Atlit seharusnya atlet

Ø  Kesalahan ejaan. Di bagian ini, penyuntingan meliputi koreksi penggunaan huruf kapital pada judul sapaan, gelar, nama kota : penggunaan imbuhan, kata depan, lambang, angka, serapan dan sesuai tidaknya penulis kata demi kata berdasarkan ejaan yang disempurnakan.
Ø  Kesalahan tanda baca. Ditahap ini, penyunting meliputi koreksi pada tanda baca seperti tanda tanya, seru, titik, koma, titik dua dan tanda baca lainnya.
Ø  Kesalahan diksi atau pilihan kata. Di bagian ini, penyunting dapat memperhatikan tingkat kesesuaian dan ketepatan pilihan kata yang digunakan dalam kalimat seperti istilah dan kata bentukan. Biasanya penyunting mengganti kata yang tidak padu dengan kata lain yang memiliki arti serupa (sinonim). Selain itu, ketidaksempurnaan penulisan karena kesalahan pengetikan juga patut menjadi fokus penyunting.
Ø  Kesalahan struktur. Ditahap ini, penyunting memperhatikan keterpaduan, kelogisan, tingkat ambiguitas, dan struktur kalimat teks karangan, apakah telah sesuai dengan aturan yang benar atau belum. Dalam hal ini, penempatan subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkapan harus dipastikan tepat atau tidak tertukar. Selain itu, penggunaan kalimat aktif atau pasif juga menjadi fokus identifikasi agar karangan terhindar dari ketidakefektifan dan ketidaksesuaian pada kaidah penulisan.
Ø  Kesalahan Konjungsi atau kata penghubung. Penggunaan konjungsi atau kata penghubung meliputi hubungan atar kata dalam kalimat, antar kalimat dan antar paragraf. Dibagian ini, penyunting harus benar – benar mengikuti alur cerita dalam sebuah teks / karangan agar tidak salah dalam mengoreksi penggunaan konjungsi. Karangan yang padu pasti memiliki kata penghubung yang tepat. Oleh karena itu, bagian penyuntingan ini tidak boleh diabaikan begitu saja
.
3)      Memperhatikan tata letak (layout) tulisan atau naskah meliputi penempatan posisi judul utama, judul tambahan, sub judul, sub – sub judul, urutan penomoran, penempatan gambar atau grafik.
4)      Memperhatikan identitas, spasi, dan tingkat kerapatan antar kata, kalimat dan paragraf.

5)      Memperbaiki kesalahn – kesalahan teks / karangan yang telah diidentifikasi sebagaimana tersebut di atas dengan cara melakukan penghapusan, penggantian atau penambahan unsur –unsur bahasa dalam tulisan.


6)      Sebagai tahap finalisasi, seorang penyunting sebaiknya membaca ulang teks / karangan yang telah disunting sebelum dipublish atau dicetak.

Contoh Penyuntingan
Contoh teks yang salah :
Pada 28 Maret 1830, diponegoro ditangkap dimagelang, dan Pangeran diponegoro di buang ke manado.
Akan tetapi dia wafat di Makassar pada 8 Januari 1855 setelah dia dipindahkan dari Manado ke Makasar.
Contoh teks setelah diperbaiki :
Pada 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap di Magelang, dan dibuang ke Manado. Beliau lalu dipindahkan ke Makassar dan wafat di sana pada 8 Januari 1855.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar