I.
PEMAKAIAN
TANDA BACA
A.
Tanda Titik (.)
1. Tanda titik
dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
Mereka duduk di
sana.
Dia akan datang
pada pertemuan itu.
2. Tanda titik
dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. I. Kondisi
Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa
Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
B. Bahasa
Daerah
1. Kedudukan
2. Fungsi
C. Bahasa Asing
1. Kedudukan
2. Fungsi
b. 1. Patokan
Umum
1.1 Isi
Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar
Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan
Khusus
…
...
Catatan:
(1) Tanda titik
tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam
suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai
1)
bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
a)
lambang kebanggaan nasional,
b)
identitas nasional, dan
c)
alat pemersatu bangsa;
2)
bahasa negara ….
(2) Tanda titik
tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka
(seperti pada Misalnya 2b).
(3) Tanda titik
tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran
deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau
gambar.
Misalnya:
Tabel 1 Kondisi
Kebahasaan di Indonesia
Tabel 1.1 Kondisi
Bahasa Daerah di Indonesia
Bagan 2 Struktur
Organisasi
Bagan 2.1 Bagian
Umum
Grafik 4 Sikap
Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia
Grafik 4.1 Sikap
Masyarakat Berdasarkan Usia
Gambar 1 Gedung
Cakrawala
Gambar 1.1 Ruang
Rapat
3. Tanda titik
dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu
atau jangka waktu.
Misalnya:
pukul 01.35.20
(pukul 1 lewat 35 menit 20 detik
atau pukul 1,
35 menit, 20 detik)
01.35.20 jam (1
jam, 35 menit, 20 detik)
00.20.30 jam
(20 menit, 30 detik)
00.00.30 jam
(30 detik)
4. Tanda titik
dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Jakarta.
Moeliono, Anton
M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
5. Tanda titik
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan
jumlah.
Misalnya:
Indonesia
memiliki lebih dari 13.000 pulau.
Penduduk kota
itu lebih dari 7.000.000 orang.
Anggaran
lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.
Catatan:
(1) Tanda titik
tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada
tahun 1956 di Bandung.
Kata sila terdapat
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.
Nomor rekening
panitia seminar adalah 0015645678.
(2) Tanda titik
tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau
tabel.
Misalnya:
Acara Kunjungan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bentuk dan
Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Gambar 3 Alat
Ucap Manusia
Tabel 5 Sikap
Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan
(3) Tanda titik
tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b)
tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Direktur
Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini
Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
Yth. Kepala
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan
Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur
Indrawati,
M.Hum.
Jalan Cempaka
II No. 9
Jakarta Timur
21 April 2013
Jakarta, 15 Mei
2013 (tanpa kop surat)
B.
Tanda Koma (,)
1. Tanda koma
dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Telepon
seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku, majalah,
dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
Satu, dua, ...
tiga!
2. Tanda koma
dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan,
dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
Saya ingin
membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Ini bukan milik
saya, melainkan milik ayah saya.
Dia membaca
cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau diundang,
saya akan datang.
Karena baik
hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki
wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak
dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
Saya akan
datang kalau diundang.
Dia mempunyai
banyak teman karena baik hati.
Kita harus
banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma
dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh
karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun
demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu
rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di
luar negeri.
Anak itu memang
rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
Orang tuanya
kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
5. Tanda koma
dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau
hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Wah,
bukan main!
Hati-hati, ya,
jalannya licin!
Nak,
kapan selesai kuliahmu?
Siapa namamu, Dik?
Dia baik
sekali, Bu.
6. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata nenek
saya, ―Kita harus berbagi dalam hidup ini.‖
―Kita harus
berbagi dalam hidup ini,‖ kata nenek saya, ―karena manusia adalah makhluk
sosial.‖
Catatan:
Tanda koma
tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya,
kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
"Di mana
Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
"Masuk ke
dalam kelas sekarang!" perintahnya.
―Wow, indahnya
pantai ini!‖ seru wisatawan itu.
7. Tanda koma
dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan
tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah,
Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
Dekan Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10
Mei 1960
Tokyo, Jepang
8. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham.
1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran
(Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tulalessy, D.
dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur.
Ambon: Mutiara Beta.
9. Tanda koma
dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan Takdir
Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma
Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung:
Alumni, 1977), hlm. 12.
W.J.S.
Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP
Indonesia, 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma
dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi,
S.E.
Ny. Khadijah,
M.A.
Bambang Irawan,
M.Hum.
Siti Aminah,
S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti
Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
11. Tanda koma
dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
12. Tanda koma
dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Di daerah kami,
Misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
Semua siswa, baik
laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
Soekarno, Presiden
I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
Pejabat yang
bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti
laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan
dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
Siswa yang
lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa
melalui tes.
13. Tanda koma
dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk
menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
Dalam
pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian
Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan
dengan:
Dalam
pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian
Saudara kami ucapkan terima kasih.
C.
Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik
koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Hari sudah
malam; anak-anak masih membaca buku.
Ayah
menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
2. Tanda titik
koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya:
Syarat
penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1)
berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah
sarjana S-1;
(3) berbadan
sehat; dan
(4) bersedia
ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Tanda titik
koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang
sudah menggunakan tanda koma.
Misalnya:
Ibu membeli
buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat
ini meliputi
a. pemilihan
ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan
anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan
c. pendataan
anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
D.
Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik
dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau
penjelasan.
Misalnya:
Mereka
memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua
pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
2. Tanda titik
dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan
kursi, meja, dan lemari.
Tahap
penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan
data,
c. pengolahan
data, dan
d. pelaporan.
3. Tanda titik
dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua :
Ahmad Wijaya
Sekretaris :
Siti Aryani
Bendahara :
Aulia Arimbi
c. Narasumber :
Prof. Dr. Rahmat Effendi
Pemandu : Abdul
Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri
Astuti Amelia, S.Pd.
4. Tanda titik
dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ibu :
"Bawa koper ini, Nak!"
Amir :
"Baik, Bu."
Ibu :
"Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
5. Tanda titik
dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota
dan penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Horison,
XLIII, No. 8/2008: 8
Surah
Albaqarah: 2—5
Matius 2: 1—3
Dari
Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman
Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
E.
Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung
dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara
lama, diterapkan juga ca-
ra baru ….
Nelayan pesisir
itu berhasil membudidayakan rum-
put laut.
Kini ada cara
yang baru untuk meng-
ukur panas.
Parut jenis ini
memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
2. Tanda hubung
dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
mengorek-ngorek
3. Tanda hubung
dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka
atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
11-11-2013
p-a-n-i-t-i-a
4. Tanda hubung
dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:
ber-evolusi
meng-ukur
dua-puluh-lima
ribuan (25 x 1.000)
23/25
(dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
mesin
hitung-tangan
Bandingkan
dengan
be-revolusi
me-ngukur
dua-puluh
lima-ribuan (20 x 5.000)
20 3/25
(dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
mesin-hitung
tangan
5. Tanda hubung
dipakai untuk merangkai
a. se- dengan
kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa
Barat);
b. ke- dengan
angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan
–an (tahun 1950-an);
d. kata atau
imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X,
ber-KTP, di-SK-kan);
e. kata dengan
kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
f. huruf dan
angka (D-3, S-1, S-2); dan
g. kata ganti -ku,
-mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu,
SIM-nya, STNK-ku).
Catatan:
Tanda hubung
tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah
huruf.
Misalnya:
BNP2TKI (Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia)
LP3I (Lembaga
Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
P3K (pertolongan
pertama pada kecelakaan)
6. Tanda hubung
dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau
bahasa asing.
Misalnya:
di-sowan-i
(bahasa Jawa, ‗didatangi‘)
ber-pariban (bahasa
Batak, ‗bersaudara sepupu‘)
di-back up
me-recall
pen-tackle-an
7. Tanda hubung
digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.
Misalnya:
Kata pasca- berasal
dari bahasa Sanskerta.
Akhiran -isasi
pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
F.
Tanda Pisah (—)
1. Tanda pisah
dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang mem-beri
penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan
bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Keberhasilan
itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah
dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain.
Misalnya:
Soekarno-Hatta—Proklamator
Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
Rangkaian
temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah
konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan
Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.
3. Tanda pisah
dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya:
Tahun 2010—2013
Tanggal 5—10
April 2013
Jakarta—Bandung
G.
Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya
dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan Hari
Pendidikan Nasional diperingati?
Siapa pencipta
lagu ―Indonesia Raya‖?
2. Tanda tanya
dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Monumen
Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
Di Indonesia
terdapat 740 (?) bahasa daerah.
H.
Tanda Seru (!)
Tanda seru
dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang
kuat.
Misalnya:
Alangkah
indahnya taman laut di Bunaken!
Mari kita
dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
Bayarlah pajak
tepat pada waktunya!
Masa! Dia
bersikap seperti itu?
Merdeka!
I.
Tanda Elipsis (...)
1. Tanda
elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Penyebab
kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam
Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ….
..., lain lubuk
lain ikannya.
Catatan:
(1) Tanda
elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda
elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
2. Tanda
elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
―Menurut saya …
seperti … bagaimana, Bu?‖
―Jadi,
simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.‖
Catatan:
(1) Tanda
elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda
elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
J.
Tanda Petik ("…")
1. Tanda petik
dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,
atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
"Merdeka
atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
"Kerjakan
tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan
dibahas dalam rapat."
Menurut Pasal
31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga
negara berhak memperoleh pendidikan."
2. Tanda petik
dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau
bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak
"Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
Marilah kita
menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
Film ―Ainun dan
Habibie‖ merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.
Saya sedang
membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa
Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Makalah
"Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta
seminar.
Perhatikan
"Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
3. Tanda petik
dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
"Tetikus"
komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang
memberikan "amplop" kepada petugas!
K.
Tanda Petik Tunggal ('…')
1. Tanda petik
tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia,
"Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Kudengar
teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan rasa letihku lenyap seketika,"
ujar Pak Hamdan.
―Kita bangga
karena lagu ‗Indonesia Raya‘ berkumandang di arena olimpiade itu,‖ kata Ketua
KONI.
2. Tanda petik
tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan.
Misalnya:
tergugat 'yang
digugat'
retina 'dinding
mata sebelah dalam'
noken
'tas khas Papua'
tadulako
'panglima'
marsiadap
ari 'saling bantu'
tuah
sakato 'sepakat demi manfaat bersama'
policy
'kebijakan'
wisdom
'kebijaksanaan'
money
politics 'politik uang'
L.
Tanda Kurung ((…))
1. Tanda kurung
dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Dia
memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
Warga baru itu
belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Lokakarya (workshop)
itu diadakan di Manado.
2. Tanda kurung
dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama
kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono
yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada
tahun 1962.
Keterangan itu
(lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung
dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat
dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya:
Dia berangkat
ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
Pesepak bola
kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
4. Tanda kurung
dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda
pemerincian.
Misalnya:
Faktor produksi
menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
Dia harus
melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta
kelahiran,
(2) ijazah
terakhir, dan
(3) surat
keterangan kesehatan.
M.
Tanda Kurung Siku ([…])
1. Tanda kurung
siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis
orang lain.
Misalnya:
Sang Sapurba
men[d]engar bunyi gemerisik.
Penggunaan
bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia.
Ulang tahun
[Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.
2. Tanda kurung
siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat
dalam tanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua
proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35─38])
perlu dibentangkan di sini.
N.
Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis
miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
Nomor:
7/PK/II/2013
Jalan Kramat
III/10
tahun ajaran
2012/2013
2. Tanda garis
miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
'mahasiswa dan mahasiswi'
dikirimkan
lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
buku dan/atau
majalah 'buku dan majalah atau buku atau majalah'
harganya
Rp1.500,00/lembar 'harganya Rp1.500,00 setiap lembar'
3. Tanda garis
miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain.
Misalnya:
Buku Pengantar
Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
Asmara/n/dana
merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
Dia sedang
menyelesaikan /h/utangnya di bank.
O.
Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda
penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:
Dia 'kan
kusurati. ('kan = akan)
Mereka sudah
datang, 'kan? ('kan = bukan)
Malam 'lah
tiba. ('lah = telah)
5-2-‗13
(‘13 = 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar